Blogger Layouts

Jumat, 30 September 2011

tanda-tanda peradangan (fisiologinya)

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi:

  • memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga
  • menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
  • mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:

  • pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
  • aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.
  • kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Apa Respon inflamasi?
Respon inflamasi adalah respon alami tubuh yang terjadi segera setelah kerusakan jaringan. Fungsi utama itu adalah untuk mempertahankan tubuh terhadap zat berbahaya, membuang jaringan mati atau sekarat dan untuk mempromosikan pembaruan jaringan normal.
Apa tanda-tanda Peradangan?
Reaksi inflamasi ini biasanya ditandai dengan 5 tanda yang berbeda, yang masing-masing karena respon fisiologis untuk cedera jaringan.
  1. Nyeri (karena bahan kimia yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak).
  2. Bengkak atau Edema (karena masuknya cairan ke dalam wilayah yang rusak).
  3. Kemerahan (karena vasodilatasi-pelebaran pembuluh darah dan perdarahan di sendi atau struktur).
  4. Panas (karena peningkatan aliran darah ke daerah tersebut).
  5. Hilangnya fungsi (karena pembengkakan meningkat dan nyeri).
Apa saja tahapan reaksi inflamasi?
Reaksi inflamasi adalah kombinasi dari sejumlah tumpang tindih reaksi dalam tubuh. Meskipun banyak ini terjadi secara bersamaan urutan tertentu peristiwa dapat dilihat:
1. Cedera Jaringan
Kerusakan jaringan dapat terjadi dari trauma seperti tabrakan, mengatasi atau dari jatuh canggung. Namun, cukup sering cedera jaringan adalah sebagai akibat dari berlebihan, umumnya dikenal sebagai microtrauma.
2. Pelepasan Kimia
Ketika sel-sel jaringan menjadi terluka mereka merilis sejumlah bahan kimia yang memulai respon inflamasi. Contoh dari ini adalah kinins, prostaglandin dan histamin. Zat kimia bekerja secara kolektif untuk menyebabkan vasodilatasi peningkatan (pelebaran kapiler darah) dan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke situs cedera. Zat-zat ini juga bertindak sebagai kurir kimia yang menarik beberapa alami tubuh pertahanan sel-mekanisme yang dikenal sebagai chemotaxis.
Meskipun sangat bermanfaat bagi strategi pertahanan tubuh beberapa bahan kimia juga meningkatkan sensitivitas serabut nyeri di daerah sehingga daerah tersebut menjadi menyakitkan.
3. Migrasi leukosit
Chemotaxis mengarah pada migrasi sel darah putih tertentu (leukosit) ke daerah yang rusak. Dua jenis leukosit yang dominan dalam makrofag respon-inflamasi dan neutrofil. Neutrofil yang pertama ke situs terluka dan fungsi dengan menetralkan bakteri berbahaya. Makrofag membantu proses penyembuhan dengan menelan bakteri dan sel-sel mati dan menelan mereka sehingga daerah ini jelas bagi sel-sel baru untuk tumbuh. Mereka tiba di lokasi cedera dalam waktu 72 jam dari cedera dan mungkin tetap di daerah itu selama berminggu-minggu setelah cedera.
Ketika tubuh terluka urutan peristiwa dimulai yang mengarah ke perbaikan akhirnya situs cedera. Tahap pertama dalam proses ini adalah peradangan yang diikuti dengan penyembuhan dan perbaikan jaringan.

Jaringan Penyembuhan

1.Collagenation
Penyembuhan luka terjadi menjelang akhir dari proses inflamasi, namun dua proses tumpang tindih. Makrofag bekerja tanpa kenal lelah untuk membersihkan daerah yang rusak dan membuat ruang untuk regenerasi jaringan baru. Setelah beberapa hari fibroblas (sel yang memproduksi kolagen) mulai membangun matriks kolagen baru yang akan bertindak sebagai kerangka kerja untuk sel-sel jaringan baru
2.Angiogenesis
Pembersihan Setelah cukup daerah telah mencapai daerah yang rusak mulai bertunas baru kapiler untuk membawa darah ke daerah-ini dikenal sebagai angiogenesis atau revaskularisasi. Ketika aliran darah telah kembali diperkenalkan ke daerah sel-sel jaringan tertentu mulai kembali tumbuh-misalnya dalam sel-sel otot sobek otot akan terisi kembali daerah tersebut.
3.Proliferation
Fase proliferasi berlangsung sampai 4 minggu. Dalam kasus di mana cedera yang dialami telah lebih parah daerah yang terkena dapat terdiri dari campuran antara sel-sel jaringan tertentu (seperti sel-sel otot) dan jaringan lainnya yang dikenal sebagai jaringan granulasi. Jika ini jaringan granulasi tidak dihapus akan tetap dan membentuk jaringan parut, yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsional jaringan.
4.Remodeling
Tahap remodeling sekarang terjadi di mana oleh cetakan sel-sel baru ke dalam lingkungan mereka untuk sekali lagi menghasilkan jaringan berfungsi. Proses remodeling dapat mengambil bulan bahkan bertahun-tahun, mengubah jaringan baru perlahan-lahan. Sel-sel baru dan serat protein menjadi diatur dalam cara yang paling cocok untuk tekanan dikenakan pada jaringan. Oleh karena itu ketika jaringan adalah penyembuhan adalah penting untuk meregangkan dalam arah yang benar sehingga untuk mengoptimalkan kekuatan jaringan baru.

Reaksi Peradangan Lokal dan Sistemik 
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera, jaringan hidup di sekitarnya akan membuat suatu respons mencolok yang disebut peradangan. Peradangan merupakan suatu fenomena yang menguntungkan dan defensif, yang menghasilkan netralisasi dan eliminasi agen penyerang, penghancuran zat nekrotik, dan terbentuknya keadaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pemulihan. Peradangan ini dapat terjadi secara lokal ataupun sistemik. Peradangan sistemik terjadi jika sistem imunitas tubuh tidak mampu untuk menahan agen penyerang. Mekanisme dari peradangan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama reaksi yang akan muncul adalah respon imun nonspesifik. Basofil atau lebih tepatnya sel mast yang berada di jaringanlah yang mengetahui masuknya suatu agen penyerang. Basofil atau mastosit akan mengeluarkan faktor-faktor untuk memanggil leukosit jenis lain. Contohnya faktor kemotaktik eosinofil untuk memanggil eosinofil. Basofil juga melepaskan mediator kimiawi seperti bradikinin untuk melebarkan pembuluh darah agar teman-temannya dapat masuk. Setelah itu tugas diambil alih oleh netrofil. Netrofil dapat memfagosit benda asing dengan cepat namun kekurangannya hanya dapat sekali pakai. Netrofil akan mati setelah memfagosit. Pertahanan selanjutnya adalah makrofag. Makrofag berasal dari monosit yang sudah teraktivasi. Makrofag dapat memakan lebih banyak dan berkali-kali namun sayang aktifasinya lambat. Jika respon imun nonspesifik ini tidak berhasil maka respon imun spesifik akan bekerja. Makrofag akan berubah fungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang memperlihatkan serpihan antigen penyerang dengan membawanya di Major Histocompatability Complex (disingkat MHC, pada manusia disebut Human Leukocyte Antigen [HLA]) tipe II. MHC II akan berikatan dengan Limfosit T helper (CD4) pada bagian T Cell Receptor (TCR). Sel T helper akan memproduksi mediator kimiawi seperti interleukin 2,4,5 yang digunakan untuk pematangan sel B pembentuk antibodi, interferon gamma untuk memanggil makrofag lain, interleukin 2 juga digunakan untuk mengaktifkan sel T lain sperti T sitotoksik (CD8) yang dapat membunuh dengan menggunakan enzim perforase yang dapat melubangi membran sel target. Jadi dapat dikatakan bahwa sel T helper adalah jenderal dar sistem imun. Makrofag sebagai APC juga akan mengeluarkan interleukin 1 sebagai respon atas keluarnya mediator kimiawi T helper. Menurut penelitian interleukin 1 dapat mengaktivasi prostatglandin yang kemudian berdampak pada pengaturan suhu tubuh. Hal inilah yang menyebabkan adanya demam pada sebagian besar proses inflamasi. Setelah dirangsang pematangannya oleh sel T helper, sel B berkembang menjadi imunoglobluin (antibodi) yang akan bertugas menetralisir agen penyerang. Adanya kompleks antigen-antibodi akan memicu sistem komplemen tipe klasik yang bertugas untuk menjaga respon imun tetap terus berlanjut sampai agen penyerang mati. Contohnya C3b yang mengakibatkan opsonisasi yaitu penempelan beberapa kompleks antigen antibodi untuk bersama-sama dikeluarkan atau dihancurkan. Komplemen C5b6789 berfungsi sebagai zat pelisis membran sel target bersama-sama dengan sel T sitotoksik. Semua hal itu membutuhkan kerjasama yang baik antar semua komponen sistem imun. (Boedina, 2003; Guyton 1997; Wilson, 2005)
Respon tersebut dapat terjadi secara sistemik. Respons sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi disebut sepsis. Patofisiologi syok sepsis tidak terlepas dari patofisiologi sepsis itu sendiri dimana endotoksin (lipopolisakarida) yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi yaitu: sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi keseimbangan antara ploses inflamasi dan antiinflamasi. Kemampuan homeostasis pada proses inflamasi ini terkait dengan faktor suseptibilitas individu terhadap proses inflamasi tersebut. Bilamana terjadi proses inflamasi yang melebihi kemampuan homeostatis, maka akan terjadi proses inflamasi yang maladaptif, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang bersifat destruktif. Keadaan tersebut akan menimbulkan gangguan pada tingkat selular pada berbagai organ. (Chen, 2007)

Peradangan pada sistem pernapasan
A. Bronkhitis 
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis.
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis akut, yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenzae.
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.

B. Radang Paru
Radang paru paru atau pneumonia adalah salah satu penyakit serius pada saluran pernafasan. Gejalanya yang mirip dengan infeksi saluran nafas yang lain terkadang membuat penanganan cepat penyakit ini menjadi terhambat. Sayangnya, akibat terlambat penanganan, penderita radang paru paru dapat mengalami kematian.
Berikut beberapa gejala atau tanda saat seseorang mengalami pneumonia sehingga bisa cepat ditangani.
  • Demam yang sangat tinggi.
  • -Menggigil sehingga penderita terlihat sampai bergetar.
  • -Batuk yang makin lama makin berat dengan produksi dahak yang banyak.
  • -Nafas pendek atau sesak setelah melakukan aktifitas ringan harian.
  • -Nyeri dada terutama saat bernafas atau batuk.
  • -Tiba tiba kondisi tambah berat saat sebelumnya hanya menderita flu atau selesma
C. Asma
Gejala dan tanda-tanda asma beragam pada setiap orang, seperti:

  • Nafas pendek-pendek.
  • Dada terasa sakit atau ditekan.
  • Tidur terganggu karena nafas yang pendek-pendek, batuk, atau bersin-bersin.
  • Ada suara seperti siulan atau bersin saat membuang nafas.
  • Rasa sakit ketika batuk atau bersin yang kemudian diperburuk dengan infeksi saluran pernafasan seperti flu atau pilek.
Belum diketahui pasti mengapa sebagian orang terkena asma, sementara
yang lain tidak. Alasan yang paling mungkin adalah kombinasi lingkungan dan genetika yang berbeda di masing-masing orang. Jadi, seseorang dapat terkena asma bila:

  • Keluarganya memiliki sejarah asma.
  • Sewaktu kecil sering terkena infeksi pernafasan.
  • Sering berdekatan dengan perokok aktif.
  • Tinggal di daerah yang terkena polusi udara.
  • Lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, misalnya pabrik, peternakan, dan salon..
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal..
  • Mengalami kelebihan berat badan.
Perbedaan bagi penderita asma juga terlihat pada pemicunya. Penelitian
sampai saat ini menemukan kalau asma dapat dipicu oleh:
  • Allergen (penyebab alergi) yang diterbangkan oleh angin, misalnya bulu binatang, debu, dan serbuk bunga.
  • Reaksi alergi terhadap beberapa jenis makanan, seperti kacang-kacangan atau kerang-kerangan.
  • Infeksi saluran pernafasan, misalnya pilek.
  • Aktivitas fisik, terutama jenis latihan yang dapat memicu asma.
  • Udara yang dingin.
  • Polusi udara, seperti asap pabrik atau asap kendaraan bermotor.
  • Pengobatan tertentu.
  • Stress dan tekanan emosional lainnya.
  • Bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam makanan.
  • Siklus menstruasi bagi sebagian perempuan.
D. Sinusitis
Sinusitis adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan manusia. Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada sekitar rongga hidung. Sinusitis mengacu pada peradangan pada sinus yang terjadi dengan infeksi virus, bakteri, atau jamur. Gejala awal penyakit sinusitis biasanya sakit kepala, demam, serta sakit di sekitar wajah. Gejala lebih lanjut pada penyakit sinusitis ini adalah ingus yang berwarna dan berbau, hidung tersumbat, wajah pucat, nyeri pada saat menelan, dan batuk. Penyakit sinusitis, pada dasarnya, hampir sama dengan flu. Masalah utamanya adalah jumlah lendir berlebih yang terdapat pada rongga hidung.




    Kamis, 29 September 2011

    pengkajian sistem pernapasan

    PENGKAJIAN SISTEM PERNAFASAN

    Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat psikososial.
    Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien, dimana aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan pulang (“Discharge Planning”).
    A. KELUHAN UTAMA
    Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
    1) Batuk (Cough)
    Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.
    2) Peningkatan Produksi Sputum.
    Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (“Normal Cleansing Mechanism”). Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna merah mudah, mengandung darah dan dengan jumlah yang banyak.
    3) Dyspnea
    Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea ?. kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
    4) Hemoptysis
    Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.
    5) Chest Pain
    Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan dengan masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
    B. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
    Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
    1) Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :
    a) Usia mulainya merokok secara rutin.
    b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
    c) Usia melepas kebiasaan merokok.
    2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
    3) Alergi
    4) Tempat tinggal
    C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
    Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
    1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
    2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
    3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
    D. REVIEW SISTEM (Head to Toe)
    a. Inspeksi
    1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
    2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
    3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
    4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
    5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
    6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
    7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
    8 ) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
    9) Kelainan pada bentuk dada :
     Barrel Chest
    Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
     Funnel Chest (Pectus Excavatum)
    Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
     Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
    Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
     Kyphoscoliosis
    Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
     Kiposis
    meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
     Skoliosis
    melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
    10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
    11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
    b. Palpasi
     Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
     Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
     Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
     Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
    c. Perkusi
     Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
     Jenis suara perkusi :
     Suara perkusi normal :
    • Resonan (Sonor)
    • Dullness
    • Tympany : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
    : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
    : musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
     Suara Perkusi Abnormal :
    • Hiperresonan
    • Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara. sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
    d. Auskultasi
     Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
     Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
     Suara nafas normal :
    1) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
    2) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
    3) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
     Suara nafas tambahan :
    1) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
    2) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
    3) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
    4) Crackles
    • Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
    • Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
    E. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
     Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.
     Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
     Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.

    Rangkuman:
    A. KELUHAN UTAMA
    1) Batuk (Cough)
    2) Peningkatan Produksi Sputum.
    3) Dyspnea
    4) Hemoptysis
    5) Chest Pain
    B. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
    1) Riwayat merokok
    2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
    3) Alergi
    4) Tempat tinggal
    C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
    D. REVIEW SISTEM (Head to Toe)
    a. Inspeksi
    1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
    2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
    3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
    4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
    5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
    6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
    7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
    Cool Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
    9) Kelainan pada bentuk dada :
     Barrel Chest
    Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
     Funnel Chest (Pectus Excavatum)
    Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
     Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
    Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
     Kyphoscoliosis
    Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.
     Kiposis
    meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
     Skoliosis
    melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
    10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
    11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
    b. Palpasi
     Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
     Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
     Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
     Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
    c. Perkusi
     Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
     Jenis suara perkusi :
     Suara perkusi normal :
    • Resonan (Sonor)
    • Dullness
    • Tympany : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
    : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
    : musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
     Suara Perkusi Abnormal :
    • Hiperresonan
    • Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara. sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
    d. Auskultasi
     Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
     Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
     Suara nafas normal :
    1) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
    2) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
    3) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
     Suara nafas tambahan :
    1) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
    2) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
    3) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
    4) Crackles
    • Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
    • Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
    E. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

    Selasa, 27 September 2011

    Respiratory System

    sistem pernapasan

    SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

    Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses tersebut.
    Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.

    Jalannya Udara Pernapasan

    1. Udara masuk melalui lubang hidung
    2. melewati nasofaring
    3. melewati oralfarink
    4. melewati glotis
    5. masuk ke trakea
    5. masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
    6. masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
    7. udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (jamak: alveoli)
    Rata
 Penuh
    pertukaran udara yang sebenarnya hanya terjadi di alveoli. Dalam paru-paru orang dewasa terdapat sekitar 300 juta alveoli, dengan luas permukaan sekitar 160 m2 atau sekitar 1 kali luas lapangan tenis, atau luas 100 kali dari kulit kita.
    Nasal (Hidung)
    Hidung merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna untuk melembabkan udara, dan konka untuk mengangatkan udara pernapas
    Faring

    Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran pernapasan, dan saluran kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran pencernaan.
    Laring (pangkal tenggorokkan)
    merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea). Laring tersusu atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal larink terdapat selaput suara. Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru

    Trakea (tenggorokan)
    Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan panjang 10 cm. dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam berupa epithel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang rawan dan berotot polos. lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
    Bronchus (cabang tenggorokkan)
    Ujung tenggorokkan bercabang dua disebut bronchus, yaitu bronchus kiri dan bronchus kanan. Struktur bronchus kanan lebih pendek dibandingkan bronchus sebelah kiri. kedua bronchus masing-masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bonchus bercabang menjadi bronchiolus yang menuju setiap lobus (belahan) paru-paru. bronchus sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah.
    Pulmo (alveolus)
    Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafraghma. Diafraghma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut.
    Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru sebelah kiri dan paru-paru sebelah kanan. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 gelambir.
    Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang disebut selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan dinding bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang membungkus paru-paru disebut pleura visceral. Diantara kedua selaput terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.
    Bernafas
    Bernafas berkaitan dengan keluar masuknya udara melalui alat-alat pernapasan. Bernapas meliputi proses inspirasi (memasukkan udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara).Untuk dapat terlaksananya proses inspirasi dan ekspirasi, kita perlu mengenal beberapa organ tubuh diluar alat pernapasan yang berkaitan dengan proses pernapasan, diantaranya:
    1. Diafraghma 
    Merupakan sekat rongga dada yang membatasi antara rongga dada dengan rongga perut. Rongga dada berisi paru-paru dan jantung, sedangkan rongga perut berisi lambung dan alat-alat pencernaan lainnya).
    2. Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis) 
    Merupakan otot tempat melekatnya tulang rusuk. otot ini akan berkontraksi atau relasasi saat terjadi proses pernapasan.permukaan bagian dalan rongga dada dan permukaan luar dari paru-paru dilapisi oleh membran pleura. membran pleura yang melapisi bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang melapisi paru-paru disebut pleura visceral. Diantara kedua membran terdapat rongga pleura yang berisi cairan getah bening.
    Mekanisme bernapas 
    Pernapasan manusia dibedakan atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernapasan perut.
    Mekanisme pernapasan dada 
    1. Fase Inspirasi pernapasan dada
     Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru
    2. Fase ekspirasi pernapasan dada
     Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.
    mekanisme pernapasan perut 
    1. Fase inspirasi pernapasan perut 
    Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk
    2. Fase ekspirasi pernapasan perut 
    Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.

    Udara pernapasan
    Oksigen yang masuk dan keluar melalui alat-alat pernapasan disebut udara pernapasan. Udara pernapasan pada manusia dibedakan menjadi enam macam, yaitu:

    1. Udara pernapasan biasa (volume tidal) --> VT
    Merupakan udara yang masuk dan keluar paru-paru pada saat pernapasan biasa. Volume udara yang masuk dan keluar sebanyak 500 ml

    2. Udara cadangan inspirasi (udara komplementer) --> UK
    Merupakan udara yang masih dapat dimasukkan ke dalam paru-paru secara maksimal, setelah melakukan inspirasi normal. Besarnya udara komplementer adalah 2500 - 3000 ml

    3. Udara cadangan ekspirasi (udara suplementer) --> US
    Merupakan udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru-paru secara maksimal setelah melakukan ekspirasi biasa. Besarnya udara suplementer adalah 1250 - 1300 ml

    4. Udara residu --> UR
    merupakan udara yang tersisa di dalam paru-paru, yang berfungsi untuk menjaga agar paru-paru tetap dalam keadaan mengembang. besarnya udara residu adalah 1200 ml.
    Volume udara pernapasan
    * Volume udara pernapasan berkisar 500 - 3500 ml
    * Dari 500 ml udara yang dihirup, hanya 350 ml yang sampai di alveolus, sisanya hanya sampai saluran pernapasan.
    * Jumlah oksigen yang diperlukan sehari untuk tiap individu sebesar 300 cc.

    Kapasitas paru-paru

    1. Kapasitas vital --> KV
    Merupakan kemampuan paru-paru mengeluarkan udara secara maksimal setelah melakukan inspirasi secara maksimal.
    Kapasitas paru-paru dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
    KV = VT + UK + US

    Berdasarkan rumus di atas kapasitas vital paru-paru adalah sebesar 4750 ml
    2. Kapasitas total --> KT
    Merupakan udara yang dapat tertampung secara maksimal di paru-paru secara keseluruhan.
    Kapasitas total paru-paru dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    KT = KV + UR

    Berdasarkan rumus di atas dapat dihitung kapasitas total paru-paru adalah sebesar 5800 ml
    Frekuensi pernapasan
    Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar antara 16 - 18 kali.
    Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan adalah:
    1. Usia
    Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun
    2. Jenis kelamin.
    Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan perempuan
    3. Suhu tubuh
    Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat
    4. Posisi tubuh
    Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.
    5. Aktivitas
    Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat

    Pertukaran Oksigen dan Carbondioksida
    1. pertukaran oksigen
    Kebutuhan oksigen setiap individu berbeda-beda tergantung pada umur, aktivitas, berat badan, jenis kelamin dan jumlah makanan yang dikonsumsi makanan yang dikonsumsi.
    Dalam keadaan biasa jumlah oksigen yang dibutuhkan sebanyak 300 ml perhari per individu. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin dengan reaksi sebagai berikut:

    Hb4 + 4 O2 -----> 4 HbO2

    Proses pengikatan dan pelepasan oksigen dipengaruhi oleh tekanan oksigen, kadar oksigen, kadar carbondioksida dan kadar oksigen dan karbondioksida di jaringan tubuh.
    Penjelasan dari segi tekanan dapat dijelaskan sebagai berikut:
    Tekanan oksigen di udara sama dengan tekanan oksigen dalam alveolus. Tekanan oksigen di arteri 100 mmHg, tekanan oksigen di jaringan 0 - 40 mmHg, tekanan oksigen di vena 40 mmHg. Jadi tekanan oksigen di udara luar = tekanan oksigen di alveolus. Tekanan udara di alveolus lebih besar dibandingkan tekanan oksigen di arteri. Tekanan oksigen di arteri lebih besar dari tekanan oksigen di jaringan.
    •Berapa cc O2 yang dapat diangkut oleh 5 liter darah, sekali beredar ke seluruh tubuh?

    Setiap 100 cc darah di arteri mampu mengangkut 19 ccO2.
    Setelah sampai di vena setiap 100 cc darah masih mengandung O2 sebanyak 12 cc Jadi volume O2 yang tertinggal di jaringan adalah 7 cc.

    •Jika volume darah ada 5 liter, atau 5000 liter, maka volume O2 yang sampai ke jaringan sekali beredar adalah:
    •5000 / 100 x 7 cc = 50 x 7 = 350 cc
    2. pertukaran Karbondioksida
    P.CO2 di jaringan tubuh = 60 mmHg à P. CO2 di vena = 47 mmHg à P. CO2 di alveolus atau luar tubuh = 35 mmHg

    •Pengangkutan CO2 oleh darah dilakukan 3 cara yaitu:
    a. Oleh plasma darah
    CO2 + H2O H2CO3
    Pengangkutan ini dibantu enzim karbonat anhidrase jumlah CO2 yang dapat di
    angkut sebanyak 5 %.
    b. Oleh Hemoglobin
    CO2 + Hb -----> HbCO2 (Karbominohemoglobin)
    c. Pertukaran klorida
    - CO2 + H2O -------> HCO3
    - H2CO3 -------> H+ dan HCO3
    - H+ di ikat Hb, krn bersifat racun dalam sel
    - HCO3 --------> ke plasma darah
    - HCO3 ---------> diganti oleh Cl-

    Gangguan pada alat pernapasan
    Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian.Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.
    1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
    2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun.
    3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah.
    4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza.
    a. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat.
    b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik.
    c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak.
    d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan.
    e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
    5. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan).
    6. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
    7. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman difteri.
    8. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
    9. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
    10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel.
    11. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium.

    Rangkuman:
    Bernafas berkaitan dengan keluar masuknya udara melalui alat-alat pernapasan. Bernapas meliputi proses inspirasi (memasukkan udara) dan ekspirasi (mengeluarkan udara)

    jalannya udara pernapasan:
    1. Udara masuk melalui lubang hidung
    2. melewati nasofaring
    3. melewati oralfarink
    4. melewati glotis
    5. masuk ke trakea
    5. masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
    6. masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
    7. udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (jamak: alveoli)

    Nasal (Hidung)
    Hidung merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna untuk melembabkan udara, dan konka untuk mengangatkan udara pernapas
    Faring
    Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran pernapasan, dan saluran kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran pencernaan.
    Laring (pangkal tenggorokkan)
    merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea). Laring tersusu atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal larink terdapat selaput suara. Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru
    Trakea (tenggorokan)
    Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan panjang 10 cm. dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam berupa epithel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang rawan dan berotot polos. lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
    Bronchus (cabang tenggorokkan)
    Ujung tenggorokkan bercabang dua disebut bronchus, yaitu bronchus kiri dan bronchus kanan. Struktur bronchus kanan lebih pendek dibandingkan bronchus sebelah kiri. kedua bronchus masing-masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bonchus bercabang menjadi bronchiolus yang menuju setiap lobus (belahan) paru-paru. bronchus sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah
    Pulmo (alveolus)
    Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafraghma. Diafraghma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut.