Blogger Layouts

Jumat, 30 September 2011

tanda-tanda peradangan (fisiologinya)

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi:

  • memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga
  • menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
  • mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:

  • pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
  • aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.
  • kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Apa Respon inflamasi?
Respon inflamasi adalah respon alami tubuh yang terjadi segera setelah kerusakan jaringan. Fungsi utama itu adalah untuk mempertahankan tubuh terhadap zat berbahaya, membuang jaringan mati atau sekarat dan untuk mempromosikan pembaruan jaringan normal.
Apa tanda-tanda Peradangan?
Reaksi inflamasi ini biasanya ditandai dengan 5 tanda yang berbeda, yang masing-masing karena respon fisiologis untuk cedera jaringan.
  1. Nyeri (karena bahan kimia yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak).
  2. Bengkak atau Edema (karena masuknya cairan ke dalam wilayah yang rusak).
  3. Kemerahan (karena vasodilatasi-pelebaran pembuluh darah dan perdarahan di sendi atau struktur).
  4. Panas (karena peningkatan aliran darah ke daerah tersebut).
  5. Hilangnya fungsi (karena pembengkakan meningkat dan nyeri).
Apa saja tahapan reaksi inflamasi?
Reaksi inflamasi adalah kombinasi dari sejumlah tumpang tindih reaksi dalam tubuh. Meskipun banyak ini terjadi secara bersamaan urutan tertentu peristiwa dapat dilihat:
1. Cedera Jaringan
Kerusakan jaringan dapat terjadi dari trauma seperti tabrakan, mengatasi atau dari jatuh canggung. Namun, cukup sering cedera jaringan adalah sebagai akibat dari berlebihan, umumnya dikenal sebagai microtrauma.
2. Pelepasan Kimia
Ketika sel-sel jaringan menjadi terluka mereka merilis sejumlah bahan kimia yang memulai respon inflamasi. Contoh dari ini adalah kinins, prostaglandin dan histamin. Zat kimia bekerja secara kolektif untuk menyebabkan vasodilatasi peningkatan (pelebaran kapiler darah) dan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke situs cedera. Zat-zat ini juga bertindak sebagai kurir kimia yang menarik beberapa alami tubuh pertahanan sel-mekanisme yang dikenal sebagai chemotaxis.
Meskipun sangat bermanfaat bagi strategi pertahanan tubuh beberapa bahan kimia juga meningkatkan sensitivitas serabut nyeri di daerah sehingga daerah tersebut menjadi menyakitkan.
3. Migrasi leukosit
Chemotaxis mengarah pada migrasi sel darah putih tertentu (leukosit) ke daerah yang rusak. Dua jenis leukosit yang dominan dalam makrofag respon-inflamasi dan neutrofil. Neutrofil yang pertama ke situs terluka dan fungsi dengan menetralkan bakteri berbahaya. Makrofag membantu proses penyembuhan dengan menelan bakteri dan sel-sel mati dan menelan mereka sehingga daerah ini jelas bagi sel-sel baru untuk tumbuh. Mereka tiba di lokasi cedera dalam waktu 72 jam dari cedera dan mungkin tetap di daerah itu selama berminggu-minggu setelah cedera.
Ketika tubuh terluka urutan peristiwa dimulai yang mengarah ke perbaikan akhirnya situs cedera. Tahap pertama dalam proses ini adalah peradangan yang diikuti dengan penyembuhan dan perbaikan jaringan.

Jaringan Penyembuhan

1.Collagenation
Penyembuhan luka terjadi menjelang akhir dari proses inflamasi, namun dua proses tumpang tindih. Makrofag bekerja tanpa kenal lelah untuk membersihkan daerah yang rusak dan membuat ruang untuk regenerasi jaringan baru. Setelah beberapa hari fibroblas (sel yang memproduksi kolagen) mulai membangun matriks kolagen baru yang akan bertindak sebagai kerangka kerja untuk sel-sel jaringan baru
2.Angiogenesis
Pembersihan Setelah cukup daerah telah mencapai daerah yang rusak mulai bertunas baru kapiler untuk membawa darah ke daerah-ini dikenal sebagai angiogenesis atau revaskularisasi. Ketika aliran darah telah kembali diperkenalkan ke daerah sel-sel jaringan tertentu mulai kembali tumbuh-misalnya dalam sel-sel otot sobek otot akan terisi kembali daerah tersebut.
3.Proliferation
Fase proliferasi berlangsung sampai 4 minggu. Dalam kasus di mana cedera yang dialami telah lebih parah daerah yang terkena dapat terdiri dari campuran antara sel-sel jaringan tertentu (seperti sel-sel otot) dan jaringan lainnya yang dikenal sebagai jaringan granulasi. Jika ini jaringan granulasi tidak dihapus akan tetap dan membentuk jaringan parut, yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsional jaringan.
4.Remodeling
Tahap remodeling sekarang terjadi di mana oleh cetakan sel-sel baru ke dalam lingkungan mereka untuk sekali lagi menghasilkan jaringan berfungsi. Proses remodeling dapat mengambil bulan bahkan bertahun-tahun, mengubah jaringan baru perlahan-lahan. Sel-sel baru dan serat protein menjadi diatur dalam cara yang paling cocok untuk tekanan dikenakan pada jaringan. Oleh karena itu ketika jaringan adalah penyembuhan adalah penting untuk meregangkan dalam arah yang benar sehingga untuk mengoptimalkan kekuatan jaringan baru.

Reaksi Peradangan Lokal dan Sistemik 
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera, jaringan hidup di sekitarnya akan membuat suatu respons mencolok yang disebut peradangan. Peradangan merupakan suatu fenomena yang menguntungkan dan defensif, yang menghasilkan netralisasi dan eliminasi agen penyerang, penghancuran zat nekrotik, dan terbentuknya keadaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pemulihan. Peradangan ini dapat terjadi secara lokal ataupun sistemik. Peradangan sistemik terjadi jika sistem imunitas tubuh tidak mampu untuk menahan agen penyerang. Mekanisme dari peradangan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama-tama reaksi yang akan muncul adalah respon imun nonspesifik. Basofil atau lebih tepatnya sel mast yang berada di jaringanlah yang mengetahui masuknya suatu agen penyerang. Basofil atau mastosit akan mengeluarkan faktor-faktor untuk memanggil leukosit jenis lain. Contohnya faktor kemotaktik eosinofil untuk memanggil eosinofil. Basofil juga melepaskan mediator kimiawi seperti bradikinin untuk melebarkan pembuluh darah agar teman-temannya dapat masuk. Setelah itu tugas diambil alih oleh netrofil. Netrofil dapat memfagosit benda asing dengan cepat namun kekurangannya hanya dapat sekali pakai. Netrofil akan mati setelah memfagosit. Pertahanan selanjutnya adalah makrofag. Makrofag berasal dari monosit yang sudah teraktivasi. Makrofag dapat memakan lebih banyak dan berkali-kali namun sayang aktifasinya lambat. Jika respon imun nonspesifik ini tidak berhasil maka respon imun spesifik akan bekerja. Makrofag akan berubah fungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang memperlihatkan serpihan antigen penyerang dengan membawanya di Major Histocompatability Complex (disingkat MHC, pada manusia disebut Human Leukocyte Antigen [HLA]) tipe II. MHC II akan berikatan dengan Limfosit T helper (CD4) pada bagian T Cell Receptor (TCR). Sel T helper akan memproduksi mediator kimiawi seperti interleukin 2,4,5 yang digunakan untuk pematangan sel B pembentuk antibodi, interferon gamma untuk memanggil makrofag lain, interleukin 2 juga digunakan untuk mengaktifkan sel T lain sperti T sitotoksik (CD8) yang dapat membunuh dengan menggunakan enzim perforase yang dapat melubangi membran sel target. Jadi dapat dikatakan bahwa sel T helper adalah jenderal dar sistem imun. Makrofag sebagai APC juga akan mengeluarkan interleukin 1 sebagai respon atas keluarnya mediator kimiawi T helper. Menurut penelitian interleukin 1 dapat mengaktivasi prostatglandin yang kemudian berdampak pada pengaturan suhu tubuh. Hal inilah yang menyebabkan adanya demam pada sebagian besar proses inflamasi. Setelah dirangsang pematangannya oleh sel T helper, sel B berkembang menjadi imunoglobluin (antibodi) yang akan bertugas menetralisir agen penyerang. Adanya kompleks antigen-antibodi akan memicu sistem komplemen tipe klasik yang bertugas untuk menjaga respon imun tetap terus berlanjut sampai agen penyerang mati. Contohnya C3b yang mengakibatkan opsonisasi yaitu penempelan beberapa kompleks antigen antibodi untuk bersama-sama dikeluarkan atau dihancurkan. Komplemen C5b6789 berfungsi sebagai zat pelisis membran sel target bersama-sama dengan sel T sitotoksik. Semua hal itu membutuhkan kerjasama yang baik antar semua komponen sistem imun. (Boedina, 2003; Guyton 1997; Wilson, 2005)
Respon tersebut dapat terjadi secara sistemik. Respons sistemik pejamu terhadap infeksi dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses inflamasi disebut sepsis. Patofisiologi syok sepsis tidak terlepas dari patofisiologi sepsis itu sendiri dimana endotoksin (lipopolisakarida) yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabkan proses inflamasi yang melibatkan berbagai mediator inflamasi yaitu: sitokin, neutrofil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lain. Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana terjadi keseimbangan antara ploses inflamasi dan antiinflamasi. Kemampuan homeostasis pada proses inflamasi ini terkait dengan faktor suseptibilitas individu terhadap proses inflamasi tersebut. Bilamana terjadi proses inflamasi yang melebihi kemampuan homeostatis, maka akan terjadi proses inflamasi yang maladaptif, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi yang bersifat destruktif. Keadaan tersebut akan menimbulkan gangguan pada tingkat selular pada berbagai organ. (Chen, 2007)

Peradangan pada sistem pernapasan
A. Bronkhitis 
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis.
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis akut, yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus (streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus influenzae.
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll.
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.

B. Radang Paru
Radang paru paru atau pneumonia adalah salah satu penyakit serius pada saluran pernafasan. Gejalanya yang mirip dengan infeksi saluran nafas yang lain terkadang membuat penanganan cepat penyakit ini menjadi terhambat. Sayangnya, akibat terlambat penanganan, penderita radang paru paru dapat mengalami kematian.
Berikut beberapa gejala atau tanda saat seseorang mengalami pneumonia sehingga bisa cepat ditangani.
  • Demam yang sangat tinggi.
  • -Menggigil sehingga penderita terlihat sampai bergetar.
  • -Batuk yang makin lama makin berat dengan produksi dahak yang banyak.
  • -Nafas pendek atau sesak setelah melakukan aktifitas ringan harian.
  • -Nyeri dada terutama saat bernafas atau batuk.
  • -Tiba tiba kondisi tambah berat saat sebelumnya hanya menderita flu atau selesma
C. Asma
Gejala dan tanda-tanda asma beragam pada setiap orang, seperti:

  • Nafas pendek-pendek.
  • Dada terasa sakit atau ditekan.
  • Tidur terganggu karena nafas yang pendek-pendek, batuk, atau bersin-bersin.
  • Ada suara seperti siulan atau bersin saat membuang nafas.
  • Rasa sakit ketika batuk atau bersin yang kemudian diperburuk dengan infeksi saluran pernafasan seperti flu atau pilek.
Belum diketahui pasti mengapa sebagian orang terkena asma, sementara
yang lain tidak. Alasan yang paling mungkin adalah kombinasi lingkungan dan genetika yang berbeda di masing-masing orang. Jadi, seseorang dapat terkena asma bila:

  • Keluarganya memiliki sejarah asma.
  • Sewaktu kecil sering terkena infeksi pernafasan.
  • Sering berdekatan dengan perokok aktif.
  • Tinggal di daerah yang terkena polusi udara.
  • Lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia, misalnya pabrik, peternakan, dan salon..
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal..
  • Mengalami kelebihan berat badan.
Perbedaan bagi penderita asma juga terlihat pada pemicunya. Penelitian
sampai saat ini menemukan kalau asma dapat dipicu oleh:
  • Allergen (penyebab alergi) yang diterbangkan oleh angin, misalnya bulu binatang, debu, dan serbuk bunga.
  • Reaksi alergi terhadap beberapa jenis makanan, seperti kacang-kacangan atau kerang-kerangan.
  • Infeksi saluran pernafasan, misalnya pilek.
  • Aktivitas fisik, terutama jenis latihan yang dapat memicu asma.
  • Udara yang dingin.
  • Polusi udara, seperti asap pabrik atau asap kendaraan bermotor.
  • Pengobatan tertentu.
  • Stress dan tekanan emosional lainnya.
  • Bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam makanan.
  • Siklus menstruasi bagi sebagian perempuan.
D. Sinusitis
Sinusitis adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan manusia. Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada sekitar rongga hidung. Sinusitis mengacu pada peradangan pada sinus yang terjadi dengan infeksi virus, bakteri, atau jamur. Gejala awal penyakit sinusitis biasanya sakit kepala, demam, serta sakit di sekitar wajah. Gejala lebih lanjut pada penyakit sinusitis ini adalah ingus yang berwarna dan berbau, hidung tersumbat, wajah pucat, nyeri pada saat menelan, dan batuk. Penyakit sinusitis, pada dasarnya, hampir sama dengan flu. Masalah utamanya adalah jumlah lendir berlebih yang terdapat pada rongga hidung.




    1 komentar:


    1. wihh nice info, saya pengunjung setia web anda
      kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
      Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
      Obat tradisional Bruxism

      BalasHapus